Bukan Hanya Membangun Peradaban Viral ke Viral
Dalam era digital yang serba cepat ini, kita sering terjebak dalam pusaran tren viral. Satu isu mendominasi perhatian publik hanya untuk digantikan oleh isu berikutnya dalam hitungan hari, atau bahkan jam. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan penting: apakah kita sedang membangun peradaban yang kuat dan berkelanjutan, atau hanya mengejar popularitas sesaat? Jawaban atas pertanyaan ini menentukan arah peradaban kita di masa depan.
Mengapa Peradaban Viral Tidak Bertahan Lama?
Viralitas adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, ia memiliki kekuatan untuk menyebarkan ide-ide dan informasi dengan cepat. Namun, di sisi lain, ia sering kali mengorbankan substansi demi sensasi. Ketika sesuatu menjadi viral, perhatian yang diterima biasanya bersifat dangkal dan sementara. Peradaban yang dibangun di atas fondasi viralitas cenderung rapuh karena tidak didasari oleh nilai-nilai yang kuat dan konsisten.
Peradaban yang berfokus pada viralitas ibarat bangunan yang dibangun di atas pasir. Ia mungkin tampak megah dalam waktu singkat, namun ketika badai datang, ia akan runtuh dengan mudah. Hal ini terjadi karena viralitas hanya mampu menarik perhatian, tetapi tidak mampu menumbuhkan pemahaman yang mendalam atau perubahan yang berkelanjutan.
Membangun Peradaban Berbasis Konsistensi Nilai
Berbeda dengan peradaban viral, peradaban yang dibangun di atas konsistensi nilai memiliki ketahanan yang jauh lebih kuat. Nilai-nilai seperti kejujuran, integritas, kerja keras, dan kepedulian sosial adalah fondasi yang kokoh untuk peradaban yang berkelanjutan. Peradaban ini tidak mudah goyah oleh tren sesaat karena ia dibangun di atas prinsip-prinsip yang telah teruji oleh waktu.
Membangun peradaban berbasis konsistensi nilai memerlukan upaya yang tidak instan.
Ia membutuhkan pendidikan yang mendalam, penanaman nilai sejak dini, dan keberanian untuk menentang arus ketika nilai-nilai tersebut diuji. Namun, hasilnya adalah sebuah masyarakat yang tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dalam jangka panjang.
Langkah-Langkah Membangun Peradaban Berbasis Konsistensi Nilai
1. Pendidikan yang Berbasis Nilai: Pendidikan adalah kunci dalam menanamkan nilai-nilai yang kuat kepada generasi muda. Kurikulum harus mencakup tidak hanya pengetahuan akademik, tetapi juga pembentukan karakter yang didasarkan pada nilai-nilai universal.
2.Keteladanan Pemimpin:Pemimpin yang konsisten dalam menjunjung nilai-nilai akan menjadi panutan bagi masyarakat. Mereka harus menunjukkan integritas dalam tindakan, bukan hanya dalam kata-kata.
3.Budaya Diskusi dan Refleksi: Masyarakat harus didorong untuk terlibat dalam diskusi yang mendalam dan refleksi atas nilai-nilai yang mereka pegang. Ini akan membantu memperkuat komitmen terhadap nilai-nilai tersebut dalam menghadapi tantangan.
4.Keberlanjutan dan Keberanian: Konsistensi nilai sering kali menuntut keberanian untuk menolak popularitas sesaat yang bertentangan dengan prinsip. Peradaban yang kuat harus memiliki keberanian untuk tetap setia pada nilai-nilai meski menghadapi tekanan.
Penutup
Membangun peradaban berbasis konsistensi nilai bukanlah tugas yang mudah, namun itulah jalan menuju masyarakat yang tangguh dan berkelanjutan. Peradaban yang hanya mengandalkan viralitas mungkin menarik dalam jangka pendek, tetapi peradaban yang dibangun di atas nilai-nilai yang konsisten akan bertahan melampaui generasi. Kita perlu memilih jalur yang lebih menantang namun lebih berharga ini, jika kita ingin meninggalkan warisan yang berarti bagi anak cucu kita. Peradaban yang kuat tidak diukur dari seberapa sering ia viral, tetapi dari seberapa teguh ia bertahan di tengah gempuran zaman.
Narasi Oleh : Mr. Eko Pranajaya, S.I.P.,M.Si.
Founder & Direktur IPI (International Professional Institute)